Bagian anestesiologi FK UNDIP / RS Dr. Kariadi
dirintis oleh dr. Haditopo Tjokrohadi
Kusumo , beliau mula-mula adalah asisten ahli bedah FK UGM Yogyakarta .
Pada tahun 1956 datang team dari WHO
antara lain dr. Rosen Heim dan dr. Wulff
yang menyarankan untuk mengembangkan ilmu anestesi dengan belajar ke negara
maju. Selanjutnya tahun 1958 dr.
Haditopo dikirim ke Kopenhagen untuk belajar anestesi dan mendapat gelar ahli
anestesi pada 16 Februari 1961,
setelah pulang beliau bertugas di Semarang sebagai koordinator anestesi dari
bagian Bedah RS. Dr. Kariadi.
Sejak tahun 1970
anestesi secara resmi diakui sebagai cabang ilmu kedokteran yang berdiri
sendiri maka secara resmi pada tanggal 1
April 1970 terbentuklah Bagian Anestesi yang berdiri sendiri
bukan lagi sebagai sub bagian dari ilmu bedah, dokter Haditopo menjabat sebagai Kepala Bagian yang pertama. Sebagai kepala bagian selanjutnya
adalah dr. Soenarjo (1985-1998) dr Marwoto (1998-2004) dr. Hariyo Satoto (2005- sekarang).
Bagian Anestesi FK. Undip/ RS Dr. Kariadi diperkuat dengan mengirimkan
dokter-dokter untuk tugas belajar , hasilnya dr. R Soehartojo mendapat gelar Spesialis Anestesi dari FK UI tahun 1972, kemudian dr. Soenarjo mendapat gelar sebagai Anesthesiologist
& Intensivist dari Institut Voor Anesthesiologie, Faculteit Der
Geneeskunde, Katholeieke Universiteit,
Nijmegen Nederland, 1974.
Meskipun FK UNDIP baru berdiri pada tahun 1961, tetapi pendidikan dokter
spesialis di Semarang telah dimulai dengan cara magang kepada dokter ahli yang
dianggap senior, sehingga pada tahun 1963
telah dihasilkan ahli bedah, tahun 1967
ahli syaraf, tahun 1968 ahli
penyakit dalam dan tahun 1969 ahli
kebidanan, pada waktu itu, belum ada aturan/ tatacara pendidikan dokter
spesialis di Indonesia. Sejak tahun 1970
pendidikan dokter spesialis lebih teratur baik dalam penerimaan maupun
kurikulumnya. Kurikulum diatur oleh kepala bagian yang berhubungan langsung
dengan Persatuan Dokter Ahli (Profesi).

Secara resmi Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi di Semarang
dimulai sejak tahun 1974, dengan
demikian sebagai perintis Pendidikan
Dokter Spesialis Anestesi di Semarang adalah dr. Haditopo, dr R. Suhartojo dan dr. Soenarjo. Pada waktu itu
Pendidikan Dokter Spesialis Anestesi masih diatur oleh Organisasi Profesi
(Ikatan Ahli Anestesiologi Indonesia). Ketua Program Studi pernah dijabat oleh dr. Soenarjo (1978-1994 dan 1998-2004),
dr Marwoto (1995-1998) dan dr. Uripno Budiono (2005-Sekarang).
Pada tahun 1979
keluar keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 024/DJ/ KEP / 1979, dari peraturan
tersebut pendidikan dokter spesialis yang sebelumnya ditangani organisasi
profesi menjadi tanggung jawab departemen pendidikan dan kebudayaan. Mengacu
pada peraturan tersebut pendidikan spesialis I FK Undip, meskipun materi dan
kurikulum tidak berubah, ditempuh selama 8 semester dengan bobot 144 SKS. Atas
dasar katalog 1998 lama studi menjadi 7 semester dengan bobot 98-108 SKS. Pada
tahun 2008 dilakukan revisi katalog dan hasilnya lama studi tetap 7 semester
dengan bobot 104 SKS.
Jumlah tenaga pengajar yang semula hanya tiga orang
bertambah dengan masuknya alumni sebagai tenaga pengajar. Kualitasnya juga
ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan di dalam dan luar negeri. Pada tanggal 1 Oktober 1979 dr. Haditopo diangkat
menjadi guru besar di Anestesiologi FK UNDIP yang pertama atau kedua di
Indonesia. Selanjutnya dr. Soenarjo
pada tanggal 25 Mei 2004 dikukuhkan
menjadi guru besar anestesi yang kedua di FK UNDIP dan dr. Marwoto pada tanggal 3
Maret 2006 dikukuhkan pula menjadi guru besar anestesi yang ketiga di FK
Undip.
Bagian anestesi banyak mendukung kemajuan RS Dr.
Kariadi antara lain dengan didirikannya ICU
pada tanggal 8 Desember 1975 dengan dr. Soenarjo sebagai pimpinan yang
pertama. Dengan dukungan anestesi dapat dilakukan operasi transplantasi ginjal,
kembar siam, tumor hipofise, tumor fossa posterior, transplantasi hepar, operasi
jantung terbuka dan kasus sulit lainnya. Alumninya tersebar di seluruh
Indonesia. Logo IDSAI adalah ciptaan
dr. Syarif Sudirman dan Hymne Anestesi adalah gubahan dr. Syarif Sudirman dan dr. St. Mulyata
pada saat menjadi residen Anestesi di FK UNDIP.